Pikiran (mind) dari dulu hingga sekarang menjadi topik yang menarik diperbincangkan di kalangan peneliti maupun praktisi. Tidak heran, jika kemudian beragam versi temuan tentang pikiran mencuat ke permukaan. Beberapa diantaranya adalah Mind Mapping, Growth Mind dan lainnya.

Pada tahun 2016, Howard Gardner, Profesir Psikologi darii Harvard University menerbitkan satu buku penting tentang pikiran yang diberi judul “Five Mind for the Future”. Sejak saat itu, buku tersebut mendapat perhatian luas dari berbagai kalangan baik di dunia akademik maupun industri. Karena secara konseptual maupun praktikal, kekuatan lima pikiran ini sangat relevan.

Pada kesempatan ini, saya ingin menggagas penerapan lima pikiran itu ke lingkungan mahasiswa, terutama bagi mereka yang sedang kuliah di tahun akhir. Dasarnya, karena pada level inilah “Lima Pikiran” itu dalama amatan saya tepat untuk diaplikasikan, khususnya bagi mereka yang sedang dalam proses penyelesaian skripsi atau tugas akhir di program studi masing-masing.

Sesuai dengan urutannya, adapun pikiran pertama yang harus dimiliki oleh mahasiswa semester akhir adalah DISCIPLINED MIND. Ini adalah tentang penguasaan terhadap satu bidang ilmu, dimana dengan ilmu tersebut menjadi dasar bagi pengambilan keputusan dalam bidang spesifik atau konsentrasi apa seorang mahasiswa akan melakukan penelitiannya. Misalnya, mahasiswa pada Program Studi Manajemen, ada yang mengambil konsentrasi Manajemen Pemasaran. Atas dasar itu, Disciplined Mind bagi dia adalah Manajemen Pemasaran. Dan perlu bagi mahasiwa tersebut menguasai bidang Ilmu Manajemen Pemasaran, bahkan jika ingin lebih spesik juga masih terbuka misalnya pada Strategi Pemasaran atau Pemasaran Digital dan lainnya.

Kemudian, untuk menyusun skripsi atau tugas akhir, perangkat pikiran lainnya yang harus dimiliki mahasiwa adalah SYNTHESIZING MIND. Dengan pikiran ini, mahasiswa perlu melakukan pembacaan dan studi ekstensif (secara luas) dan intensif (mendalam) terhadap satu topik yang ingin ditelitinya. Demikian juga pengumpulan bukti-bukti dan fakta-fakta pendukung lainnya yang dapat menunjang dalam tahapan penyusunan gagasan awal penelitian, proposal maupun pada saat penyusunan laporan penelitian.

Kemampuan mensitesa, menggabungkan, meringkas dan mengambil poin dari berbagai sumber rujukan menjadi satu argumentasi, proposisi, celah riset, ataupun permusan masalah penelitian hingga ke upaya mengkonfirmasi atau mengkonfrontir antara berbagai hasil penelitian merupakan bagian dari tingkatan berpikir yang tinggi (higher order thinking). Dibutuhkan kemampun dan energi yang ekstra di kalangan mahasiswa untuk dapat mengunyah dan mencerna berbagai temuan dalam literattur yang telah dipublikasi untuk sampai pada satu topik yang sesuai dan penting untuk diteliti.

Pada tahap ini, mahasiswa berperan sebagai The Synthesiizer yang mencoba menemukan mengungkap situasi terkini dalam satu bidang penelitian, mengungkap tentang temuan-temuan penelitian, sejauh mana kesemaan pandangan ataupun kontroversi yang mungkin mengemuka di kalangan peneliti. Hal ini secara gamblang misalnya dapat ditemukan pada hasil penelitian, adakah hasil penelitian pada variabel yang sama terdapatt perbedaan atau tidak.

Kemampuan menjadi The Synthesizer memerlukan latihan dan pengalaman untuk menjadi sosok yang mumpuni. Tetapi, dalam waktu yang tidak terlalu lama, mahasiswa dapat menjadi newbie Synthesizer dengan menguasai beberapa kemampuan dasar